A.Pengertian Terapi Keluarga
Terapi
keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami
perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat
dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis
keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat
antara yang satu dengan yang lain berbeda
B. Tujuan
Tujuan
terapi keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita gangguan
skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti dan menangani
penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna
untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang
tidak berfungsi baik. Keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan
membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat.
C. Peran Terapis
Dalam
terapi keluarga, keluarga didorong untuk mencoba cara-cara baru dalam
berhubungan antar-anggota keluarga atau berpikir mengenai masalah mereka.
Terapis keluarga, terkadang bekerja bersama dengan asisten terapis, bertemu
dengan sebanyak mungkin anggota keluarga dalam satu waktu. Untuk memfasilitasi
komunikasi, terapis keluarga umumnya menggunakan teknik yang akan dianggap
tidak biasa dalam terapi individu. Misalnya terapis dapat berkeliling keluar
ruangan, duduk disalah satu anggota keluarga di satu waktu, dan kemudian
berdiri dan duduk disamping anggota
lainnya.
Hal
tersebut bertujuan melakukan hal tersebut adalah untuk menarik perhatian
individu anggota keluarga atau untuk membangun ikatan emosional dengan salah
seorang anggota keluarga yang kelihatannya resisten terhadap proses terapi.
Pada waktu yang berlainan, terapis dapat mengawali percakapan antara dua
anggota keluarga dan mendampingi mereka saat mereka bercakap-cakap satu sama
lain, sehingga keluarga mulai melihat hubungan mereka dari perspektif terapis.
Beberapa terapis keluarga mengadakan sesi dalam ruangan dengan cermin satu
arah, sehingga koleganya dapat mengobservasi serta memberikan ide-ide dan
saran-saran untuk peningkatan terapi.
Gurman
(2001) menggambarkan beberapa cara kerja yang membedakan antara terapis
keluarga dengan klinisi yang bertemu klien dalam terapi individual. Bukannya
berfokus pada masalah dan perhatian individu, terapi keluarga dan pasangan
berfokus pada cara-cara ketika pola disfungsi pola hubungan menyebabkan masalah
atau simtom khusus. Mereka juga menggunakan perspektif siklus kehidupan yang
lebih memperhatikan isu-isu perkembangan, tidak hanya setiap individu, namun
seluruh keluarga atau pasangan. Selain itu, terapis keluarga dan pasangan
melihat hubungan yang berkelanjutan di antara anggota keluarga sebagai potensi
untuk lebih menyembuhkan daripada sekedar hubungan klinisi-klien.
Terapis
keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh
anggota keluarga
2. Ketidak harmonisan seksual atau
perkawinan
3. Konflik keluarga dalam hal norma atau
keturunan
D. Teknik Terapi Keluarga
Teknik
yang biasanya digunakan dalam terapi sangat bergantung pada pelatihan dan
pendekatan teoritis yang diambil oleh terapis keluarga.
·
Terapis antar generasi biasanya
menyarankan untuk menggambarkan sebuah pohon keluarga (genogram) yaitu satu
diagram semua kerabat saat ini dan masa lalu dalam usaha untuk memahami sejarah
hubungan keluarga dan menggunakan pemahaman ini untuk membuat perubahan.
·
Terapis keluarga struktural menyarankan
salah satu anggota keluarga memainkan peranan pihak yang tidak setuju seolah-olah
mereka adalah tokoh-tokoh dalam drama mengenai keluarga.
·
Terapis keluarga strategis bekerja
dengan anggota keluarga untuk mengembangkan solusi terhadap masalah-masalah
yang menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan.
·
Terapis keluarga berdasarkan pengalaman
bekerja dengan anggota keluarga untuk mengembangkan insight ke dalam hubungan
anggota keluarga satu sama lain.
E. Model Terapi Dalam Keluarga
1. Experiential/Humanistic
Tujuan dari terapi ini adalah insight, kematangan psikoseksual,
penguatan fungsi ego, pengurangan gejala patologis, dan memuaskan lebih banyak
relasi obyek. Kerangka umumnya adalah kejadian saat ini yaitu data terkini dan
dari pengalaman yang diobservasi secara langsung. Aturan dari proses ketidaksadaran
adalah pilihan bebas dan kesadaran akan kemampuan diri lebih penting daripada
motivasi yang tidak disadari. Fungsi utama dari terapis adalah sebagai fasilitator
aktif pada potensi-potensi untuk pertumbuhan dan menyediakan keluarga pada
pengalaman baru. Jenis-tenis terapi yang digunakan dalam pendekatan
experiential/ humanistic adalah sebagai berikut:
a.
Terapi pengalaman (Experiential or symbolic family therapy)
Menggunakan
pendekatan non-teoritis dalam terapi tetapi lebih menekankan pada proses, yaitu
sesuatu yang terjadi selama tahapan terapi keluarga dan bagaimana setiap orang
mengalami perasaan-perasaan dan perubahan pada perilakunya.
b.
Gestalt family therapy
Menekankan
pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Focus utamanya adalah membantu
individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan
ke keadaan mandiri (self support).
c.
Humanistik
Terapis
berperan dalam memperkaya pengalaman keluarga dan memperbesar kemungkinan
setiap anggota keluarga untuk menyadari keunikan dan potensi mereka yang luar
biasa.
d.
Pendekatan proses/komunikasi
Terapis
dan keluarga bekerjasama untuk menstimulasi proses healting-promoting. Pendekatan yang digunakan adalah
mengklarifikasi adanya ketidaksesuaian dalam proses kemunikasi diantara anggota
keluarga.
2. Bowenian
Tujuan
terapi adalah memaksimalkan diferensiasi diri pada masing-masing anggota
keluarga. Kerangka umumnya dari Bowen adalah mengutamakan masa kini dan tetap
memperhatikan latar belakang keluarga. Aturan dari ketidaksadaran adalah konsep
terkini yang menyatakan konflik yang tidak disadari meskipun saat ini tampak
pada masa interaktif. Fungsi utama dari terapis adalah langsung tapi tidak
konfrontasi dan dilihat melalui penyatuan keluarga.
Bowen
mencoba menjembatani antara pendekatan yang berorientasi pada psikodinamika
yang menekankan pada perkembangan diri, isu-isu antar generasi dan peran-peran
masa laludengan pendekatan yang membatasi perhatian pada unit keluarga dan
pengaruhnya dimasa kini. Bowen menggunakan 8 konsep dalam dalam
sistem hubungan emosional dalam keluarga yang digunakan Bowen untuk
menganalisis kasus adalah sebagai berikut:
a.
Perbedaan individu
b.
Triangulasi
c.
Sistem emosional keluarga
d.
Proses proyeksi keluarga
e.
Pemutusan emosional
f.
Proses penularan multigenerasi
g.
Posisi saudara kandung
h.
Regenerasi masyarakat
3. Psikodinamika
Tujuan
dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan, pemenuhan lebih banyak pada
pola interaksi yang lebih. Psikodinamikan memandang keluarga sebagai system
dari interaksi kepribadian, duimana setiap individu mempunyai usb-sistem yang
penting dalam keluarga, sebagaimana keluarga sebagai sebuah sub-sistem dalam
sebuah komunitas. Terapis menjadi fasilitator yang menolong keluarga untuk
menentukan tujuannya sendiri dan bergerak kearah mereka sebagaimana sebuah
kelompok.
Kerangka
umum adalah masa lalu, sejarah dari pengalaman terdekat yang perlu diungkap.
Aturan dari ketidaksadaran adalah konflik dari masa lalu yang tidak
terselesaikan akan Nampak pada perilaku sadar seseorang secara kontineu untuk
mrnghadapi situasi dan obyek yang ada sekarang. Fungsi utama dari terapis
bersikap netral artinya membuat intepretasi tehadap pola perilaku individu dan
keluarga.
4. Behavioral
Tujuan
dari terapi behavioral adalah merubah konsekuaensi perilaku anatar pribadi yang
mengarah pada penghilangan perilaku maladaptif atau problemnya. Kerangka umum
dari pendekatan behavioral adalah masa kini yang lebih memfokuskan pada
lingkungan interpersonal yang terpelihara dan muncul terus dalam pola perilaku
terkini. Fungsi utama dari terapis adalah direktif, mengarahkan, membimbing
atau model dari perilaku yang diinginkan dan negosiasi kontrak
Jenis
terapi keluarga yang biasa digunakan dalam pendekatan behavioral guna menyususn
kembali sebuah keutuhan keluarga adalah:
a.
Behavioral marital therapy
b.
Behavioral parent training
5. Struktural
Tujuan
dari model pendekatan struktural adalah perubahan pada konteks hubungan dalam
rangka rekonstruksi organisasi keluarga dan merubah pola disfungsi
transaksional. Kerangka umum pendekatan struktural adalah masa kini dan masa
lalu yaitu struktur keluarga dipandang dari pola transaksioanal permulaan,
dengan kata lain struktur keluatga masa kini dipengaruhi oleh pola-pola
transaksional sebelumnya. Fungsi dari terapis adalah direktur panggung, yaitu
memanipulasi struktur keluarga dalam rangka mengubah setting disfungsional.
Pendekatan
yang biasa digunakan dalam terapi struktural untuk memanipulasi struktur
keluarga adalah:
a.
Menyusun ulang kesatuan disfungsional
b.
Teknik intervensi structural
6. Komunikasi
Tujuan
pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku disfungsional dan rangkaian
perilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga serta memperbanyak
sekuensi perilaku diantara anggota keluarga untuk mengurangi timbulnya
masalah-masalah dan simptom- simptom kerangka umum dari pendekatan komunikasi
adalah masa kini yaitu problem terkini atau perilaku yang sedang terjadi
berulang secara konsisten atar individu. Fungsi dari terapis adalah aktif,
manipulative, problem fokus, paradoksial dan memberikan petunjuk.
F. Model Pendekatan Dalam Terapi
Keluarga
Model-model
pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan dalam konseling keluarga yaitu:
1.
Multiple Family Therapy
Keluarga-keluarga
yang terpilih menemui konselor tiap minggu, dan pada waktu itu mereka
menceritakan problem mereka masing-masing dan membantu sesama dalam pemecahan
persoalan
2.
Multiple impact Therapy
Mencakup
seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan dengan konselor-
konselor komunitas yang multidisipliner mungkin selama dua hari. Terapi ini
mencakup pemberian konseling secara penuh selama dua hari atau lebih kepada
satu keluarga
3. Terapi jaringan (Network Therapy)
Berusaha
memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk membentuk
suatu kekuatan terapeutik. Tujuan ini adalah untuk memperkuat kekuatan dari
jaringan yang dikumpulkan untuk memberi kesempatan untuk berubah di dalam
sistem keluarga tersebut.
Di
sisi lain, pendukung perspektif keluarga (family
perspective) memandang abnormalitas disebabkan oleh gangguan-gangguan pada
pola interaksi dan hubungan yang ada di dalam keluarga, keseluruhan teori
memfokuskan pada dinamika keluarga (family dynamic), interaksi di antara
anggota keluarga. Terdapat empat pendekatan utama dalam perspektif keluarga
(starf, 1996).
• Antar
generasi. Pendekatan antar-generasi yang dikemukakan oleh Murray Bowen
menekankan cara ketika pengalaman yang didapatkan orangtua dari keluarga mereka
mempengaruhi interaksi dengan anak-anak mereka; orangtua yang mengalami
disfungsi keluarga pada masa kanak-kanak cenderung mengulang pola yang
terganggu ini ketika membesarkan anak mereka.
• Struktural.
Pendekatan ini dikemukakan oleh Salvador Minuchin yang mengasumsikan bahwa
dalam suatu keluarga yang normal, orangtua dan anak memiliki peran yang berbeda
serta terdapat batasan antar-generasi; masalah dapat muncul ketika anggota
keluarga terlalu dekat atau terlalu jauh satu sama lain.
• Strategis.
Jay Haley mengusulkan pendekatan strategis yang berfokus pada resolusi bagi
permasalahan keluarga dengan memberikan perhatian khusus kepada kekuatan
hubungan dalam keluarga.
• Pengalaman.
Dalam pendekatan yang berdasarkan pengalaman, para teoritikus seperti Carl
Whitaker menekankan proses tidak sadar dan emosional dalam keluarga; disfungsi
perilaku merupakan hasil dari interferensi dengan pertumbuhan personal.
KASUS
I
A. Kasus
Anna
Thompson adalah seorang anak Amerika-Afrika berusia 10 tahun. Ana mendatangi
dokter karena diminta oleh ibunya, Mrs. Thompson, yang memergoki Anna sedang
melukai pergelangan tangannya dengan pisau. Dokter mengatakan bahwa Anna tidak
mengalami luka serius dan merekomendasikannya pergi ke psikiatri rumah sakit
untuk mendapat evaluasi. Mendapati anaknya mengalami gangguan perasaan, yakni
depresi, Mrs. Thompson menyetujui untuk mengikuti tritmen jangka pendek. Hari
berikutnya psikiatris melakukan proses wawancara dengan Anna mengenai gangguan
perasaannya.
Pada
awalnya, Anna ragu-ragu untuk bercerita dan merasa marah kepada ibunya karena
memintanya untuk melakukan ini. Anna bercerita bahwa ia baru saja pindah ke
sekolah baru mengikuti ibunya yang bercerai. Di sekolah baru, Anna merasa bahwa
ia tidak disukai temannya. Ia kecewa adanya diskriminasi sehingga ia hanya
dapat membangun hubungan baik dengan sedikit teman. Teman-teman menghina
dirinya karena ia memiliki tubuh yang gendut. Di sekolah, ia selalu makan siang
sendirian.
Selama
13 bulan terakhir Anna mengalami masa sulit. Orang tuanya berkonflik hingga
akhirnya bercerai. Ibunya kemudian membawanya pindah, memisahkan dirinya dengan
ayah dan adik laki-lakinya yang berusia 6 tahun. Peristiwa ini membuatnya
trauma karena Anna sangat dekat dengan ayah dan adiknya namun sekarang ia tidak
diperbolehkan untuk menghubungi mereka. Anna pindah ke sekolah baru pada bulan
awal Agustus dan sekarang sudah memasuki akhir September. Selama 2 minggu
terakhir, Anna tidak mau masuk sekolah. Anna mengeluh bahwa ia merasa kesepian
karena ibunya terlalu sibuk bekerja dan di sekolah ia tidak punya teman.
Selama
2 minggu, mood Anna memburuk. Ia benar-benar merindukan keluarganya seperti
dahulu. Ia mengeluh tidak bisa merayakan Thanksgiving
dengan ayah dan adiknya (ibunya mengatakan bahwa itu tidak mungkin). Akhirnya,
Anna menjadi bad mood dan suka berbohong, ia menghabiskan waktunya dengan
menonton televisi, internet, dan chatting. Di seminggu terakhir Anna hanya
keluar rumah sebanyak dua kali dan selebihnya menghabiskan waktu dengan banyak
makan dan banyak tidur. Ibunya telah berusaha kerasa berbicara dengannya selama
2 minggu terakhir. Ketika berhasil mengajak berbicara, ibunya membujuk Anna
untuk kembali bersekolah.
Saat
Anna melukai dirinya, Anna bercerita bahwa ia sedang merasa sedih dan
bertanya-tanya bagaimana jika ia berniat untuk bunuh diri. Ia membayangkan
bagaimana perasaan keluarganya dan siapa saja yang akan mendatangi
pemakamannya. Anna mengatakan bahwa ia tidak optimis dengan masa depannya dan
menganggap bahwa bunuh diri adalah pilihan terbaik. Akhirnya ia mengambil pisau
dan membuat goresan kecil, kemudian ibunya masuk ke kamarnya. Melihat
pergelangan tangannya berdarah, ibunya berteriak ketakutan. Anna langsung
dibawa ke unit darurat.
Psikiatris bertanya
apakah Anna mempunyai niatan untuk melukai dirinya kembali, Anna menjawab
tidak. Anna menjelaskan bahwa dirinya tidak mau bunuh diri. Ia kemudian berkata
ingin menginggalkan unit dan ingin bertemu dengan ibunya. Anna berjanji bahwa
ia tidak akan melukai dirinya dan akan bercerita kepada psikiatris jika ada
pikiran untuk bunuh diri atau perilaku impulsif lainnya. Psikiatris kemudian
memberi Anna obat sedative ringan.
Psikiatris mewawancarai
ibu Anna, Mrs. Thompson. Mrs. Thompson mengatakan bahwa ia dan suaminya
memiliki banyak perselisihan, khususnya mengenai kebiasaan minum alkohol dan
status sosial ekonomi suaminya. Mrs. Thompson pernah memergogi suaminya sedang
tidur di sebelah Anna di kamar Anna. Mrs. Thompson mencurigai bahwa Anna telah
menjadi korban penganiayaan seksual oleh ayahnya. Namun Anna menolak, ia
mengatakan bahwa ia ayah tidak melakukan hal tersebut. Akibatnya, Mrs. Thompson
merasa bahwa ia harus membawa Anna pergi. Mrs. Thompson juga memisahkan Anna
dengan adiknya karena merasa bahwa adiknya tidak pernah patuh. Mrs. Thompson
memiliki hubungan yang kurang dekat dengan adik Anna.
Mrs. Thompson mengakui
bahwa dirinya terlalu sibuk bekerja di kantor dan tidak memberikan perhatian
yang cukup pada Anna. Walaupun begitu, mereka berdua selalu menghabiskan waktu
berdua di akhir minggu, meski hal tersebut tidak terjadi di 3 minggu terakhir.
Mrs. Thompson juga melaporkan bahwa sekarang Anna sudah sedikit berkomunikasi
dengan ayah dan adiknya. Anna sudah tidak masuk sekolah 2 minggu dan gagal dalam
menjalin hubungan pertemanan. Mrs. Thompson tahu bahwa Anna memiliki masalah
dengan berat badannya, Anna merasa malu dan frustasi. Mrs. Thompson mengatakan
bahwa dirinya sangat shock saat menemukan Anna melukai dirinya. Kemungkinan
bunuh diri tidak pernah terpikirkan oleh Mrs. Thompson.
Dengan
ijin Mrs. Thompson, psikiatris juga berbicara dengan konselor di sekolah Anna.
Mrs. Deetz, merasa sedih dengan kondisi Anna dan mengungkapkan Anna sudah
memiliki niat untuk bunuh diri sebulan sebelumnya. Saat itu, tiba-tiba Anna
mendatangi kantor Mrs. Deetz dan mengeluh bahwa dalam pelajaran olahraga
teman-teman mengolok-olok berat badannya. Anna menangis, mengatakan bahwa ia
tidak mau punya teman lagi dan berkata, “Aku berharap aku mati”. Mrs. Deetz
kemudian mengganti jadwal Anna, sehingga Anna tidak apa-apa tidak datang dalam
pelajaran olahraga dan merekomendasikan kegiatan ekstrakurikuler lain. Anna
menolak karena tidak mau mendapat perlakuan diskriminasi lagi. Mrs. Deetz
mengatakan bahwa Anna terlalu fokus dengan penolakan dari teman-temannya.
Psikiatris
kembali mewawancari Anna pada hari berikutnya dan mendapat laporan bahwa Anna
tidak berpikiran ingin bunuh diri atau berperilaku impulsif. Psikiatris
memberikan obat anti depresan dengan dosis rendah dan meminta Anna untuk
mengikuti sesi terapi kelompok di pagi dan sore hari. Anna setuju, dan
psikiatris mencatat perkembangan mood dan perilakunya. Psikiatris mencurigai
bahwa Anna mengalami major depressive episode dan perlu dijaga untuk tidak
menonton tayangan mengenai bunuh diri.
B. Analisis Kasus
Terapi
keluarga, mengikutsertakan semua keluarga untuk berartisipasi dalam memberikan
kehangatan keluarga pada Anna. Tidak hanya ibu, tetapi juga ayah, dan adik
laki-lakinya. Adanya komunikasi yang aktif dan adanya kegitan yang dilakukan
secara bersama dalam memunculkan harapan dan menghilangkan stressor.
Kemudian
saat Anna sudah dapat kembali di rumah, terapi yang dapat dilakukan bersama
ibunya adalah saling berdiskusi mengenai tujuan yang akan dicapai, kapan Anna
kembali bersekolah, mengembangkan kemampuan bersosialisasi, memperbaiki suasana
perasaan (mood), dan menurunkan berat badan. Mrs. Thompson harus lebih
meluangkan waktunya untuk bersama dengan Anna. Selain itu, diperlukan pula
bantuan psikologi untuk meningkatkan self-esteem dan ketrampilan sosial. Anna
diajarkan bagaimana cara berkenalan dengan orang baru, menjalin hubungan
pertemanan, cara berinteraksi, menyusun kata-kata, perilaku nonverbal, dan
bermain dengan teman-temannya.
Kasus II
A. Kasus
Don
adalah seorang ayah, dan merupakan mantan suami Angela. Don sangat menyayangi
anak-anaknya. Tetapi ia tidak merasa demikian beberapa waktu terakhir karena ia
merasa bahwa anak laki-lakinya telah menjadi seorang anak yang nakal dan
menakutkan.
Angela
merupakan ibu dari Heather dan Ben. Angela begitu heran dengan kelakuan anak
laki-lakinya, yaitu Ben. Namun, yang membuat ia lebih heran lagi adalah mengapa
mantan suaminya mengizinkan Ben untuk minum minuman keras. Sedangkan Heather,
merupakan seorang gadis dan adik perempuan Ben. Heather mengatakan bahwa
hubungannya dia dengan kedua orang tuanya sangat baik. Namun, berbeda dengan
hubungannya dengan kakaknya, ia merasa hubungannya dengan Ben sangat gila.
Ben
merupakan seorang kakak laki-laki dan pengangguran, ia memiliki hubungan yang
sangat tidak baik dengan adik perempuannya.
B. Analisis Kasus
Terdapat 4 orang yang terlibat
dalam proses terapi. Seorang terapis wanita, Don (ayah), Ben (anak laki-laki),
dan Heather (anak perempuan). Terapi dilakukan di sebuah ruangan tertutup.
Posisi duduk mereka membentuk setengah lingkaran, dengan ujung paling kiri
yaitu Ben, kemudian di sebelahnya adalah terapis, setelah terapis adalah
Heather, dan kemudian di ujung paling kanan adalah Don.
Awalnya,
terapis mengatakan bahwa penting sekali membahas masalah hubungan antar anggota
keluarga tersebut. Kemudian terapis juga meluruskan tentang peran orang tua dan
anak dalam sebuah keluarga. Hal ini ditekankan kembali karena Don (ayah)
cenderung membela Heather, anak perempuannya. Akan tetapi pada akhirnya Don
dapat menyadari sikap seperti apa yang harus ia lakukan sebagai orang tua yang
baik. Setelah itu terapis meminta ayah dan Ben untuk bertukar posisi duduk agar
Ben dan Heather dapat duduk berdampingan.
Terapis
mempersilahkan Heather untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya terhadap
sosok Ben. Heather mengatakan bahwa ia merindukan sosok kakaknya yang seperti
dulu dan ia merasa bahwa ia sudah tidak mengenali kakaknya lagi, yang sekarang
ini dianggap sering berperilaku menyimpang. Misalnya saja sekarang Ben terbiasa
pulang pagi dan juga berkata-kata kasar.
Setelah
Heather selesai mengungkapkan apa yang ia rasakan dan pikirkan kemudian terapis
meminta Ben untuk menanggapi apa yang disampaikan oleh adik perempuannya
tersebut. Dan terungkaplah bahwa selama ini Ben merasa bahwa selama ini dia
diperlakukan secara berbeda dengan adiknya.
Setelah
mendengar pengakuan dari kedua kakak beradik tersebut, terapis pun berusaha
memberikan insight pada sang ayah tentang akar permasalahan yang terjadi di
antara Ben dan Heather. Dan di akhir sesi terapi, hubungan antar anggota
keluarga tesebut pun terlihat menjadi lebih hangat. Terapi selesai.
Di
dalam kasus ini digunakan terapi keluarga yang melibatkan terapis dan anggota
keluarga yang sedang bermasalah. Terapis duduk bersama dengan para anggota
keluarga, untuk berdiskusi dan meminta masing-masing anggota keluarga
menceritakan hal-hal yang menjadi beban mereka dan mengungkapkan apa yang mereka
rasakan pada masing-masing anggota keluarga mereka. Ketika sudah ditemukan
masalahnya, terapis membantu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada
keluarga tersebut dan terapi selesai.
.
KASUS
III
A. Kasus
Daphne
merupakan seorang perempuan yang memiliki tinggi badan 5 kaki 11 inci dan
beratnya 102 pound. Dia telah merasa "besar" karena ketinggian di
atas teman sekolahnya di kelas lima. Dia telah menjalani diet sejak itu. Selama
tahun pertamanya di sekolah, Daphne memutuskan bahwa ia harus mengambil langkah-langkah
drastis untuk menurunkan berat badan lebih. Dia mulai dengan mengurangi asupan
kalori sekitar 1.000 kalori per hari. Dia kehilangan beberapa kilo, tapi ia
tidak puas, jadi dia mengurangi asupan hingga 500 kalori per hari. Dia juga
memulai program olahraga berat. Setiap hari, Daphne tidak akan membiarkan
dirinya makan sampai ia berjalan setidaknya 10 mil. Lalu ia hanya mengkonsumsi
beberapa jenis sayuran dan segenggam sereal. Kemudian di hari itu, dia mungkin
mengkonsumsi sayuran dan buah lebih banyak, tapi dia akan menunggu sampai ia
begitu lapar sampai pingsan. Berat badan Daphne turun sampai 110 kilogram dan
ia berhenti menstruasi. Ibunya mengungkapkan beberapa kekhawatiran tentang
betapa Daphne hanya makan sedkit sekali, tapi karena ibunya cenderung kelebihan
berat badan, ia tidak menyurutkan niat Daphne untuk diet.
Ketika
tiba saatnya masuk perguruan tinggi, Daphne adalah senang tapi juga takut,
karena dia selalu menjadi bintang pelajar di sekolah tinggi dan tidak yakin dia
bisa mempertahankankannya. Ketika di perguruan tinggi pada periode pemeriksaan
pertama di perguruan tinggi, Daphne banyak mendapat nilai B. Dia merasa sangat
rentan, merasa gagal, dan seolah-olah dia kehilangan kontrol. Dia juga tidak
senang dengan kehidupan sosialnya pada pertengahan semester pertama. Daphne
memutuskan bahwa banyak hal yang mungkin akan lebih baik jika ia kehilangan
berat badan lebih, sehingga ia mengurangi asupan makanan dengan dua apel dan
segenggam sereal setiap hari. Dia juga berlari setidaknya 15 mil setiap hari.
Pada akhir semester musim gugur, berat badannya turun menjadi 102 pound. Dia
juga mengalami kelelahan kronis, sulit berkonsentrasi, dan kadang-kadang
pingsan. Namun, ketika Daphne melihat ke cermin, ia melihat seorang wanita,
muda sederhana yang ingin menurunkan berat badan lebih.
B. Analisis Kasus
Bentuk yang paling efektif terapi untuk remaja dengan
anoreksia adalah terapi keluarga .Ada berbagai bentuk terapi keluarga yang
telah terbukti untuk bekerja dalam pengobatan remaja AN termasuk "conjoint
terapi keluarga" (CFT),. di mana orang tua dan anak terlihat bersama-sama
oleh para terapis yang sama, "dipisahkan terapi keluarga" (SFT) di
mana orang tua dan anak menghadiri terapi secara terpisah dengan terapis yang
berbeda.
Dalam kasus ini dapat
disimpulkan bahwa terapi keluarga yang digunakan adalah teknik terapi keluarga
strategis, dimana terapis bekerja dengan anggota keluarga untuk mengembangkan
solusi terhadap masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan,
pada kasus ini kesulitan yang dialami oleh Daphne adalah anorexia.
Nama :
1. Afiantika Nurmasita (10511276)
2. Alrinda Cahya Diartika (10511624)
3. Murti Sari Dewi (15511038)
Kelas : 3 PA 08
Sumber :
Halgin, P. R., Whitbourne, S. K. (2009).
Psikologi Abnormal Perspektif Klinis
pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika
Almasitoh, U. H.
(2012). Model Terapi Dalam Keluarga. Jurnal Magistra, Vol. 24, No. 80,
31-34.