Jumat, 22 November 2013

Mengendalikan Fungsi Manajemen

Definisi
Berikut ini adalah definisi pengawasan (controlling) dari beberapa tokoh, diantara sebagai berikut:
Kertonegoro
Menyatakan pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Robert J. Mockler
Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien
George R. Tery
Mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Jadi pengawasan adalah usaha manajer untuk memperoleh keyakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana, usaha tersebut bersifat sistematik berdasarkan standar pelaksanaan sebagimana dimaksudkan untuk mengevaluasi kerja dan menerapkan tindakan-tindakan korektif.




Langkah – Langkah Pengendalian
Mochler dalam Stoner James, A. F. (1988) menetapkan empat langkah dalam proses pengendalian, yaitu sebagai berikut:
1)   Menentukan standar dan metode yang digunakan untuk mengukur prestasi.
2)   Mengukur prestasi kerja.
3)   Menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat.
4)   Mengambil tindakan korek



Tipe-tipe pengawasan/pengendalian (kontrol) dalam manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.   Pengendalian preventif (prefentive control).
          Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategic dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk program-program.

2.   Pengendalian operasional (Operational control).
          Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.

3.    Pengendalian kinerja.
          Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.

Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan seperti yang diungkapkan Winardi. Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain:
            1.    Pengawasan Pendahuluan (preliminary contro)
Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan¬kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian penting untuk membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan mengimplementasikannya.
Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan tndakan mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.
Pengawasan pendahuluan meliputi:
a.   Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.
b.   Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.
c.   Pengawasan pendahuluan modal
d.   Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial

            2.    Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent control)
Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
a.    Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode serta prosedur-prsedur yang tepat.
b.    Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan penyerahan.

3.  Pengawasan Feed Back (feed back control)
Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
            a.         Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
            b.         Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).
            c.         Pengawasan Kualitas (Quality Control)
            d.        Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)
Proses pengendalian manajemen
Suatu poses pengendalian manajemen melibatkan interaksi antarmanajer dan manajer dengan bawahannya. Proses pengendalian manajemen meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut yaitu :
1.    Perencanaan strategi.
                 Perncanaan strategi adalah proses memutuskan program-program utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah sumber daya yang akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang akan datang.

2.    Penyusunan anggaran 
Penyusunan anggaran adalah proses pengoperasian rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter untuk kurun waktu tertentu. 

3.    Pelaksanaan
Selama tahun anggaran, manajer melakukan program atau bagian dari program yang menjadi tanggungjawabnya. Laporan yang dibuat hendaknya menunjukkan dapat menyediakan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun nonkeuangan, informasi internal maupun eksternal.

4.      Evaluasi kerja
Pestasi kerja bisa dilihat dari efisien atau efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban menjalankan tugasnya. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara realisasi anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sumber Referensi :
Anonim . 2013. Pengawasan. [Online].
Tersedia: http://dwifreefly.blogspot.com/2012/01/pengawasan.html. Diakses 22 November 2013
Adam. 2013. 1.3 Pengawasan dan 13.1 Tipe-tipe pengawasan. [Online].  
Tersedia: http://ricoadam-noah.blogspot.com/2013/01/13pengawasan-dan-131-tipe-tipe.html.                     Diakses 22 November 2013
Risnawati. 2013. Psikologi Manajemen Tugas 2. [Online].
Tersedia: http://riisnaiina.blogspot.com/2013/10/psikologi-manajemen-tugas-2.html. Diakses 22                   November 2013
Anonim. 2013. Fungsi Pengendalian Dalam Manajemen. [Online].   
Tersedia: http://lina-embun.blogspot.com/2011/12/fungsi-pengendalian-dalam-manajemen.html.                     Diakses 22 November 2013
Andhana. 2013. Hakikat Sistem Pengendalian Manajemen. [Online].
Tersedia: http://andhana.wordpress.com/category/sistem-pengendalian-manajemen/. Diakses 22                   November 2013

Jumat, 01 November 2013

MOTIVASI


DEFINISI MOTIVASI

Motivasi menurut Walgito (2004) motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.
Menurut plotnik (2005) motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.
Menurut Azwar (2000: 15), motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 
TEORI-TEORI MOTIVASI
1.   Teori Drive Reinforcement
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
b. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.

Terdapat empat konsep dasar yang perlu dipahami dengan jelas, yaitu:
1. Perangsang (drive), Suatu keadaan yang timbul di dalam diri seseorang.
2. Stimulus, Suatu petunjuk adanya peristiwa untuk tanggapan.
3.Tanggapan, Suatu hasil keprilakuan dari stimulus.
4. Penguat, Suatu setiap obyek datau kejadian yang membantu meningkatkan atau mempertahankan kekuatan sebuah tanggapan.

Contoh kasus : seorang seles penjual suatu produk mobil, yang mampu menjual 6-7 mobil per hari, kemudian beliau mendapat pujian dan tambahan bonus dari atasannya.
  
2.   Teori Tujuan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
• Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
• Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
• Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
• Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh

Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).

Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Contoh kasus :
suatu karyawan yang memiliki tujuan untuk dapat menduduki jabatan sebagai supervisor, maka ia bekerja dengan lebih giat untuk bisa mendapatkan posisi tersebut.
3.   Teori Harapan
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.

Teori harapan ini didasarkan atas :
1. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.
2. Nilai (Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai / martabat tertentu (daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan.

contoh kasus :
Seorang karyawan yang bekerja giat karena ia memiliki harapan untuk bisa membeli mobil baru.
4.   Teori Motivasi Abraham Maslow
Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menjadikan kebutuhan kedalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan. Hirarki tersebut meliputi:

o   Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhab yang jelas terhadap makanan, air, udara, tidur, dan seks dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup.
o   Kebutuhan rasa aman, kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan.
o   Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki misalnya; berafiliasi dengan orang lain, dan diterima oleh individu-individu lain.
o   Kebutuhan akan penghargaan, Maslow membedakan dua macam kebutuhan akan penghargaan yaitu penghargaan dari orang lain adan penghargaan terhadap siri sendiri. Penghargaan dari luar meliputi kekaguman, status, popularitas, keberhasilan dalam masyarakat, serta dari bagaimana orang-orang lain berpikir terhadap kita. Sementara penghargaan terhdap diri sendiri berupa perasaan yakin dan aman terhdap diri kita, adanya rasa berharga dan seimbang.
o   Kebutuhan aktualisasi diri kebutuhan ini merupakan perkembangan yang paling tinggi, dimana pada tingkat ini kita menggunakan semua bakat, serta pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita.

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.


KASUS
Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.
”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”
Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya.
”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.” Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.
”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil. Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana.
Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. ”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?” Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”           
Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat        berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.
Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan.

Analisis :
Cerita pada kasus diatas motivasi kerja seorang eksekutif muda dalam bekerja muncul ketika ia mendapatkan nilai berupa pelajaran dari gadis kecil penjual bunga. Motivasi ini sangat sesuai pada teori harapan dimana teori ini menjelaskan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari pekerjaan itu. Teori harapan sendiri didasarkan atas harapan dan nilai. Teori harapan yang berdasarkan pada nilai sangat sesuai untuk menjelaskan kasus ini karena eksekutif muda ini memiliki motivasi untuk giat bekerja karena adanya perilaku tertentu yang memiliki nilai, dimana nilai tersebut muncul dalam bentuk pelajaran yang diberikan oleh seorang gadis kecil penjual bunga. 



Sumber :
1. Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma

2. Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat
            Yogyakarta : Kanisius

3. Anonim. 2013. Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://kata-edu.blogspot.com/2013/01/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli.html. Diakses pada 30 Oktober 2013

4. Desambodo, w. 2013. Jenis-jenis teori motivasi. [Online]. Tersedia: http://odhosuka.blogspot.com/2013/02/jenis-jenis-teori-motivasi.html. Diakses pada 1 November 2013

5. Sharen, P. 2009. Teori Motivasi (Drive-Reinforcement)_Kelompok_. [Online]. Tersedia: http://cintaluna-lovelyluna-psikologi.blogspot.com/2009/11/teori-motivasi-drive-  reinforcement_20.html. Diakses pada 1 November 2013

6. Taufik, B. 2012. Cerita Motivasi Kerja yang Menakjubkan. [Online]. Tersedia:    http://blogbintang.com/4-cerita-motivasi-kerja-yang-menakjubkan. Diakses pada  1 November 2013

Jumat, 27 September 2013

KOMUNIKASI DAN KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)




Komunikasi tentunya sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dengan komunikasi kita dapat bertukar informasi,  selain itu komunikasi juga berfungsi untuk keberlangsungan hidup, artinya setiap individu perlu melakukan komunikasi dengan orang sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti yang kita ketahui bahwa setiap individu tidak dapat bertahan hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Tentunya dari hal-hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi merupakan alat yang memiliki arti besar dalam kehidupan.

Definisi Komunikasi



Menurut saya, Komunikasi merupakan suatu cara yang dilakukan antara dua orang atau lebih, dimana didalam prosesnya terdapat peran untuk menyampaikan / memberikan informasi yang disebut (komunikator) dan juga peran untuk menerima informasi tersebut (komunikan).

Komunikasi menurut  beberapa ahli :
§  Bernard Barelson dan Garry A. Stainer
komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan,emosi, ketrampilan dsb.dengan mengunakan lambang-lambang, kata-kata, gambar, bilangan, grafik dll.

§  Carl I. Hovland
Komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain. (komunikan).

§  New Comb
Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima.

§  Menurut Forsdale (1981)
seorang ahli pendidikan terutama ilmu komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa “communication is the process by which a system is established, maintained and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.

Dimensi-Dimensi Komunikasi

1.       Komunikasi sebagai proses
Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses berarti unsur-unsur yang ada didalamnya bergerak aktif dinamis dan tidak status.

2.       Komunikasi sebagai simbolik
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (Verbal) maupun melalui isyarat – isyarat tertentu (non- Verbal).

3.       Komunikasi sebagai sistem
Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau untuk yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran atau dengan kata lain seperangkat komponen yang bergantung artinya mengikuti permainan yang ada, sistem terbagi atas 2 :
• Sistem terbuka : dimana prosesnya terbuka dan pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya.
• Sistem tertutup : prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan)

4.       Komunikasi sebagai transaksional
Komunikasi tidak pernah terjadi tampa melibatkan orang lain, dalam proses yang demikian akan timbul action dan interaction diantara para pelaku komunikasi.

5.       Komunikasi sebagai aktivitas sosial
Hubungan antar sesama manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk kepentingan aktualitas diri dalam membicarakan masalah-masalah politik, sosial, budaya, seni dan teknologi.

6.       Komunikasi sebagai multidimensional
Kalau komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional ada 2 tingkatan yang dapat diidentifikasikan yakni dimensi isi (contet dimension) dan dimesi hubungan (relationship dimension).

Definisi Leadeship / Kepemimpinan


Menurut saya, KEPEMIMPINAN atau LEADERSHIP adalah seseorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain / karyawan/ bawahan dalam bekerja sama guna mencapai keinginan atau tujuan dari pemimpin tersebut.

Kepemimpinan menurut beberapa ahli :
·         Mumfrrord (1906-1907) : kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa Individu dalam kelompok, dalam mengontrol gejala-gejala sosial.

·         Bogarus (1928), kepemimpinan sebagai bentukan dan keadaan pola tingkah laku yang dapat membuat orang lain berada di bawah pengaruhnya.


·         Stuart : kepemimpinan sebagai kemampuan yang memberi kesan tentang keinginan  pemimpin, sehingga dapat menimbulkan kepatuhan, rasa hormat, loyalitas dan kerjasama.

§  Tannenbaum, Weschler dan Massank (1961) : kepemimpinan sebagai pengaruh interpersonal, dipraktekan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan.

·         Hemphill (1949) : kepemimpinan didefinisikan sebagi tingkah laku seorang individu  yang mengatakan aktivitas kelompok

Teori X & Y (Douglas Mcgregor)

Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.



A. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Empat asumsi dari teori X uang dianut oleh para manajer :
1.       Pegawai tidak menyukai pekerjaannya dan sebisa mungkin akan berupaya menghindarinya.

2.       Karena pegawai tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus diberi sikap keras, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman agar mau melakukan pekerjaan.

3.       Pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan  mencari aturan-aturan organisasi yang membenarkan penghindaran tanggung jawab tersebut.

4.       Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman di atas faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit ambisi.

B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
McGregor menempatkan empat asumsi lain yang disebut Teori Y:
1.       Para pegawai  dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa sebagaimana halnya istirahat dan bermain.

2.       Manusia dapat mengendalikan dirinya sendiri jika mereka punya komitmen pada tujuan-tujuan.

3.       Rata-rata orang dapat belajar untuk menyetujui, bahkan untuk memikul tanggung jawab.

4.       Kreativitas – yaitu kemampuan mencari keputusan yang terbaik – secara luas tersebar di populasi pekerja dan bukan hanya mereka yang . menduduki fungsi manajerial.

Teori Sistem Empat dari Likert

Menurut Likert pemimpin dapat berhasil jika bergaya partisipative management. Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan pada komunikasi. Selain itu semua pihak dalam organisasi bawahan maupun pemimpin menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung (supportive relationship)

Likert merancang 4 sistem kepemimpinan dalam manajemen:

1.         Sistem 1 (Exploitative Authoritative)
Manajer sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya, suka mengeksploitasi bawahan, dan bersikap paternalistic. Pemimpin dalam system ini hanya mau memperhatikan komunikasi yang turun ke bawah, dan hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas saja.

2.         Sistem 2 (Otokratis yang baik hati/Benevolent autoritative)
Manajernya mempunyai kepercayaan yang terselubung, percaya pada bawahan, memotivasi, memperbolehkan adanya komunikasi ke atas. Bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasannya.

3.         Sistem 3. (manajer Konsultatif)
Manajer mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan biasanya kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan  Bawahan disini merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama atasannya.

4.         Sistem 4, (Pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif/partisipative group)
Manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya. Dalam setiap persoalan selalu mengandalkan untukmendapatkan ide-ide dan pendapat dari bawahan dan mempunyai niatan untuk menggunakan pendapat bawahan secara konstruktif. Bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugasnya bersama atasannya.

Theori Of Leadership Pattern Choice Tannenbaum And Scmidt

Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang ekstrem , pertama  bidang pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh kebebasan bawahan. Pada bidang pertama pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua pemimpin menunjukkanm gaya yang demokratis. Kedua bidang ipengaruh ini dipengaruhi dalam hubungannya kalau pemimpin melakukan aktivitas pembuatan keputusan.



Ada 7 model gaya pembuatan keputusan yang dilakukan pemimpin.

1.       Pemimpin membuat keputusan kemudian mengumumkan kepada bawahannya. Dari model ini terlihat bahwa otoritas yang digunakan atasan terlalu banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan terlalu sempit sekali.

2.       Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat banyak menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga persis dengan model yang pertama. Bawahan disini belum banyak terlibat dalam pembuatan keputusan.

3.       Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah menunjukkan kemajuan, karena membatasi penggunaan otoritas dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat dalam pembuatan keputusan.

4.       Pemimpin memberikan keputusan bersifat bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pembuatan keputusan, sementara otoritas pemimpin sudah mulai dikurangi penggunaannya,

5.       Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan membuat keputusan. Disini otoritas pimpinan digunakan sedikit mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam berpartisipasi membuat keputusan sudah banyak digunakan.

6.       Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat keputusan. Partisipasi bawahan dalam kesempatan ini lebih besar dibandingkan kelima model diatas.

7.       Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan. Model ini terletak pada titik ekstrem penggunaan kebebasan bawahan, adapun titik ekstrem penggunaan otoritas terdapat pada nomor satu di atas.


Sumber :