Minggu, 30 Juni 2013

KAITAN ABNORMALITAS DENGAN MOTIVASI, STRESS, DAN GENDER

Abnormalitas adalah adanya perilaku yang tidak sesuai/menyimpang dari keadaan normal. Biasanya Abnormalitas disebut juga dengan psikopatologi. Beberapa konsepsi  mengenai abnormalitas menurut tinjauna tertentu (Maramis, 2005 : 94-100; Kartini Kartono, 1999 : 1-10)

1.      Abnormalitas menurut konsepsi statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikiana seorang yang jenius sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.

2.      Abnormal menurut konsepsi patologis                         
            Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku indiviu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-simptom klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
                 
3.      Abnormal menurut konsepsi penyesuain pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. Yan pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.

4.      Abnormalitas menurut konsepsi sosio-kultural
Setiap masyarakat pasti memiliki seperangkat norma yang berfungsi sebagai pengatur tingkah laku para anggotanya. Individu sebagai anggota masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial dan susila dimana dia berada. Bila individu tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma tersebut, maka dirinya dinyatakan sebagai individu yang tidak normal.

5.      Abnormalitas menurut konsepsi kematangan pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berpsrilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Kaitan abnormalitas dengan motivasi
Menurut maslow manusia memiliki kecenderugan atau perjuanga sejak lahir untuk mengaktualisasi diri. Menurut beliau pada dasarnya, setiap manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang yang dibawa sejak awal. Tersusun dalam satu tingkat dari yang rendah sampai tertinggi. Tingkat terendah terdapat kebutuhan fisiologis yaitu pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan guna kelangsungan hidup, terdapat didalamnya ialah makanan, air, udara, seks, tidur, dan lain sebagainya. Kemudian pada tingkat kedua terdapat kebutuhan akan rasa aman kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Tingkat ketiga yaitu kebutuhan akan cinta dengan membangun suatu hubungan dengan orang lain atau orang-orang pada umumnya. Dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta sama pentingnya. Tingkat keempat kebutuhan akan penghargaan kebutuhan penghargaan dapat berasal dari diri sendiri ataupun penghargaan dari orang lain. Tingkat kelima yaitu aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan bakat individu, serta pemenuhan semua kualitas.

orang-orang yang sehat memiliki motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhannya, dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya. Walaupun terdapat kesulitan dalam mencapai tingkat tertinggi, namun individu sehat selalu terus berusaha sampai pada tingkat aktualisasi diri, dimana selalu ada keinginan untuk diakui keberadaanya oleh orang banyak.

sebaliknya orang-orang yang abnormal memiliki motivasi yang tidak sesuai dengan orang normal. Karena orang abnormal tidak mampu berfungsi sepenuhnya, sehingga mereka tidak mampu memenuhi segala tuntutan dalam hidup. Sementara dalam memenuhi kebutuhan tuntutan hidup dari tingkat rendah ke tingkat tinggi (maslow) tidak mudah, terdapat kesulitan didalamnya.

Kaitan abnormalitas dengan stress
Pada dasarnya abnormalitas dan stress memiliki kaitan yang sangat erat, abnormalitas dapat muncul dari stress. Stress mampu menurunkan kinerja tubuh individu. Stress merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Apabila dalam lingkungannya membuat individu menjadi tertekan, maka individu tersebut akan mengalami stress jangka panjang. Stress  tersebut mampu merubah individu menjadi depresi dengan memunculkan gejala-gejala seperti melamun, menangis, berbicara sendiri atau mungkin samai pada bunuh diri.

Kaitan abnormalitas dengan gender
Kaitan abnormalitas dengan gender dapat kita temuai pada kasus anorexia. Anorexia dikatakan abnormalitas karena penderita anorexia memiliki perilaku yang menyimpang dari perilaku orang pada normalnya. Anaroxia merupakan gangguan pola makan. Pada umumnya orang normal akan makan apabila dirinya merasa lapar dan makan sesuai pada pola waktu. Namun pada penderita  anaroxia, mereka sengaja melaparkan dirinya dengan anggapan bahwa penderita memiliki berat badan yang berlebih, sebenarnya tubuhnya sangat kurus. Anorexia ini lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki, dan kebanyakan terjadi pada usia remaja.


sumber : 
2. Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat. 
          Yogyakarta : Kanisius